Masa Kerajaan Bintauna


Kerajaan Bintauna asal mulanya dalam wilayah Pemerintahan Afdeling Gorontalo karena pada masa VOC Bintauna merupakan satu Marsaoleh-schar yaitu Wilayah Pemerintahan  yang di kepalai oleh seorang Marsaoleh (Ulea) dari Kerajaan Suwawa. Dalam perkembangannya kemudian raja kerajaan Bintauna melepaskan diri dari kerajaan Bone atau Suwawa yang kemudian membentuk kerajaan sendiri dengan nama Vintauna.

Dalam status sebagai kerajaan, mula-mula bintauna terdiri dari dua kelompok masyarakat yang masing-masing mempunyai wilayah sendiri dan berbeda dari sisi agama dan kepercayaanya yakni :




  1. Kelompok masyarakat bagian utara yakni kelompok heinden yang menganut kepercayaan animisme karena menyembah batu atau pohon
  2. Kelopok masyarakat bagian selatan yang menganut kepercayaan agama islam


latar belakang perbedaan agama dan kepercayaan inilah menyebabkan sehingga kelompok masyarakat tersebut saling memisahkan diri yakni kelompok masyarakat bagian selatan yang memeluk agama islam melepaskan diri dari kerajaan bintauna dan bergabung kembali dengan kerajaan suwawa. Dengan demikian kerajaan bintauna dalam perkembangan selanjutnya adalah sebagian dari kerajaan yang penduduknya menyembah atau menganut kepercayaan animisme.

Dalam perkembangan selanjutnya masyarakat bintauna yg di ikat adat kerajaan bintauna pada waktu itu sudah mulai mengenal agama di buktikan dengan makam Pendeta Talahatu dan istrinya di kompleks makam raja pertama yakni makam paduka Raja Mooreteo yang makamnya bentuknya hampir sama dengan bentuk bangunan gereja atau kahera konon raja pertama ini dikubur di dalam gereja ini menunjuka bahwa pada masa kerajaan bintauna pada awalnya masyarakatnya sudah menganut agama Kristen.

Paduka raja mooreteo dalam melaksankan tugas sebagai pemimpin bagian rakyatnya di raa minanga senantiasa di dampingi istrinya bernama vua tebo yang dari hasil perkawinannya di anugrahi seorang anak yang bernama Datu.

Dalam perkembangan selanjutnya setelah paduka raja mooreteo meninggal maka di nobatkanlah anak dari mooreteo dan vua tebo menjadi raja kedua yakni paduka raja datu. Karena datu di angkat jadi raja maka rakyat kerajaan pada waktu itu mengatakan bahwa datu rono salako yang artinya datu sudah menjadi raja besar atau menjadi raja maka berubahlah nama datu menjadi datunsolang yang kemudian nama itu menjadi marga keturunan raja-raja bintauna selanjutnya.

Pada masa paduka raja datu negeri kerajaan yang bertempat di raa minanga dipindah di suatu tempat yang bernama lasako atau vaya sangki. Paduka raja datu beristrikan vua rantoiya yang dari hasil perkawinannya di anugrahi anak bernama abo volakia dan abo patilima

Setelah paduka raja dau meninggal tahun 1783 yang kemudian di makamkan di tempat itu juga maka dinobatkanlah putra dari paduka raja datu menjadi raja yakni abo volakia namun avo volakia menolak untuk menjadi raja maka ditunjuklah penggantinya yakni anaknya yang bernama avo lahai tetapi avo lahai melakukan pelanggaran yakni saat putri-putri (mangoreaka) sedang menari kaimbu dalam sebuah acara adat tiba-tiba avo lahai masuk sambil mengendarai kuda di tengah-tengah para penari yang berakibat salah satu pakaian yang di kenakan oleh penari tersebut terinjak oleh kaki kuda yang berakibat avo lahai di buang di maluku dan pada akhirnya wafat di tempat pembuangan tersebut ketika avo lahai di buang maka dinobatkan patilima sebagai raja ke III pada tahun 1783 yang prosesi penobatannya di laksanakan di ternate.

Pada saat penobatan itulah marga datunsolang resmi dilekatkan pada nama raja dan keturunanya sehingga nama paduka raja ke III menjadi paduka raja patilima datunsolang dan pada saat itulah alat musik kebesaran (alat musik adat) diserahkan kepada raja patilima. Sehingga saat paduka raja patilima kembali dari ternate ke negeri lasako maka alat-alat musik ada dan tetap terpelihara keasliannya. Adapun alat musik adat tersebut adalah kolintang, gong, tambur, savua, paying kerajaan, tapajaro (tombak) dan eleso (keris).

Pada masa pemerintahan paduka raja patilima datunsolang negeri bintauna yang berada di lasako kembali di pindahkan ke raa minanga, negeri awal masa paduka raja moorete’o. sesudah raja mangkat maka dinobatkanlah salah satu anak dari paduka raja patilima datunsolang yakni salmon datunsolang sebagai raja ke IV.
Pada masa pemerintahan paduka raja salmon negeri kerajaan kembali lagi di pindahkan dari negeri ra’a minanga menuju ke kenegeri voa’a yang kemudian nama tempat ini diadopsi menjadi salah satu desa di kecamatan bintauna saat ini.

Sesudah paduka raja salmon mangkat maka pada tanggal 24 september 1957 dinobatkan adik kandung dari paduka raja salmon untuk menjadi raja ke V yakni abo batango atau di kenal dengan nama alias datunsolang. Pada masa pemerintahan paduka raja elias datunsolang maka pusat pemerintahan kerajaan pun kembali di pindahkan dari kegeri voa’a ke negeri pangkusa yang saat ini desa pangkusa.

Setelah raja elias meniggal maka di nobatkan raja Toraju Datunsolang yang merupakan anak dari paduka raja salmon datunsolang sebagai raja ke VI. Pada masa pemerintahan paduka raja toraju datunsolang kembali lagi pusat pemerintahan kerajaan di pindahkan lagi dari negeri pangkusa menuju ke negeri vantayo. Pada tahun 1884 tahta kerajaan diserahkan kepada paduka raja ke VII serael datunsolang yang merupakan putra dari paduka raja elias datunsolang. Pada masa pemerintahan paduka raja serael datunsolang inilah pemerintahan kerajaan kembali lagi di pindahkan dari negeri vantayo menuju negeri pangkusa.

Pada saat paduka raja serael wafat tahun 1983 maka menurut ketentuan pada waktu itu yang harus menggantikannya adalah anak dari paduka raja Toraju datunsolang namun karena anak dari paduka raja toraju datunsolang belum cukup dewasa maka tahun 1893 dinobatkanlah kembali toraju datunsoalng menjadi raja  VIII selanjutnya sambil menunggu anaknya menjadi dewasa.
Setelah dua tahun kemudian yakni tahun 1895 anak dari paduka raja toraju datunsolag pun dinobatkan menjadi raja IX yakni paduka raja mohamad toraju datunsolang.

Pada masa pemerintahan paduka raja mohamad toraju datunsoalng ini pada tahun 1905 pusat pemerintahan kembali lagi di pindahkan dari negeri vantayo menuju negeri minanga yang saat ini desa bintauna pantai yang kemudian pada tahun 1913 pusat pemerintahan kerajaan bintauna di pindahkan lagi ke bunia yang saat ini desa bunia dan pada tahun 914 pusat pemerintahan kerajaan bintauna kembali lagi di pindahkan dari bunia menuju ke pimpi, yang saat ini desa pimpi yang kemudian menjadi ibu negeri kecamatan bintauna. Pada tahun 1950 lewat gerakan pemuda dan masyarkat system kerajaanpun dihapuskan sehingga kekuasaan rajapun di hapuskan. Dengan dihapuskannya kekuasaan raja maka kerajaan bintauna menjadi distrik yang di pimpin oleh abo A.M datunsolang dengan jabatan sebagai amtenar yang kemudian pada perkembangannya selanjutnya saat ini menjadi kecamatan. Guna mengingatkan akan peristiwa pemindahan pusat pemerintahan kerajaan dari negeri minanga sekarang ini desa bintauna pantai ke negeri pimpi sekaran ini desa pimpi maka satu desa yang berada di satu tempat bernama bagugula diganti namanya menjadi bintauna agar nama bintauna akan tetap lestari yang kemudian dalam perkembangan selanjutnya menjadi kelurahan bintauna yang sekarang ini menjadi kecamatan bintauna sudah memiliki 1 kelurahan dan 14 desa.

Berikut ini intisari Raja-Raja pada masa pemerintahan kerajaan bintauna
  1. Paduka Raja Mo’orete’o
  2. Paduka Raja Datu
  3. Paduka Raja Patilima Datunsolang
  4. Paduka Raja Salmon Datunsoalng
  5. Paduka Raja Ellias Datunsolang
  6. Paduka Raja Toraju Datunsolang
  7. Aduka Raja Serael Datunsoalng
  8. Paduka Raja Toraju Datunsolang
  9. Paduka Raja Mohamad Toraju Datunsolang
write by refly hertanto puasa
Share this article :
 

+ komentar + 6 komentar

Anonim
25 Juni 2013 pukul 09.32

mohon di tuliskan lagi secara baik RAJA YG KE7

PADUKA RAJA ISRAEL DATUNSOLANG

Serael itu hanyalah nama kecil/nama panggilan untuk Paduka Raja ke7 saat msh kecil, nama Paduka sebenarnya adalah ISRAEL DATUNSOLANG.

MOHON KEBIJAKSANAAN PENULISAN, AGAR KEKELIRUAN PENULISAN INI TIDAK BERLANJUT.

sumber : MARYAM DATUNSOLANG cicit sungguh dari MT Datunsolang.

trm ksh

28 Januari 2014 pukul 17.29

Pada Waktu raja Israel wafat tahun 1893 menurut ketentuan pada waktu itu yang mengantikan adalah anak pertama yaitu Sarubangsa tetapi karena dia adalah seorang yang fanatik (agamawan) maka ia menolak maka secara otomatis jabatan raja jatuh ke adiknya Toraju namun pada saat itu umur paduka raja Toraju belum cukup umur maka takhta kerajaan di percayakan kepada Tamungku Datungsolang sebagai penjabat kerajaan. namun karena pejabatnya terkenal lalim maka penjabat kerajaan Tamungku di bunuh oleh rakyatnya sendiri nnt setelah Tamungku Datungsolang wafat Toraju diangkat menjadi Raja.. itu kalau menurut sejarah kerajaan bintauna... ok

24 Januari 2017 pukul 05.27

Halo,saya mau tanya nih apakah marga/fam pattylima/pattilima di desa amurang,minahasa ada hubungan kerabat(keluarga) dengan paduka raja pattilima datunsolang di bintauna?

29 Desember 2017 pukul 17.00

Sekedar Ingin tau kal Ibu sy sering bercerita ttg neneknya yg berasal dr Bintauna dan marganya Datunsolang, Ibu sy blg kal neneknya masih cucu Dari Raja Bintauna tp namanya Aku lupa ..Aku pingin ziarah k makam2 Raja2 Bintauna tp gak tau tptnya.

3 Juli 2019 pukul 03.56

Bisa kah kami berkunjung di bintauna untk melihat asal mula marga yg ad di nama saya itu

18 Januari 2020 pukul 17.31

Mohon di edit lagi tahun karena banyak salah ketikan. Agar tidak membingungkan.

Posting Komentar

 
Support by : Kakay Gembel | Putry | Zhafif
Copyright © 2011. Seni dan Budaya Bolmong Utara - All Rights Reserved
Template Modifi by Creating Website Published by Zhafif
Proudly powered by Blogger